CONVENIENCE STORE WOMAN

 



Penulis: Sayaka Murata

Terbit: 2015, Tokyo

Genre: Drama, Work Life, Self Discovery

Harga: Rp 69.000

Kategori: 17+

Total Halaman: 160 Hlm


Blurb:

Dunia menuntut Keiko untuk menjadi normal, walau ia tidak tahu "normal" itu seperti apa.

Namun di minimarket, Keiko dilahirkan dengan identitas baru sebagai "pegawai minimarket".

Kini Keiko terancam dipisahkan dari dunia minimarket yang dicintainya selama ini...


Menurut Gw:

Sesuai ama IG story gw sih, ini buku relate bgt sama gw. Jadi basically ceritanya sih tentang seorang pegawai minimarket yang punya pola pikir berbeda dengan kebanyakan orang. Bagi dia, kehidupan sebagai pegawai minimarket adalah sebuah kenyamanan karena sudah ada aturan yg jelas tentang apa yang harus dilakukan.

Jadi, Keiko dari lahir sudah kesulitan untuk berbaur dengan orang lain. Mungkin semacam "anti sosial" gitu sih. Misalnya ketika SD ada temannya yang berkelahi, dia malah melerai mereka dgn mukul kedua temennya pake sekop. Bukannya dia sengaja ingin nyakitin mereka, tapi emang hal-hal seperti perasaan, atau norma kgk masuk ke pola pikirnya yang kelewat logis. Akhirnya dia gk bisa bergaul dgn baik dan menjadi tidak "Normal".

Ketika menjadi pegawai minimarket sudah ada aturan jelas yang mengatur bagaimana para pegawai harus bertindak. Hal ini menjadikan Keiko akhirnya bisa merasa normal dan berbaur dengan sekitar. Tapi ya tentunya ia gk bisa selamanya menjadi pegawai part time minimarket, apalagi di umurnya udah "kepala tiga". Ekspektasi masyarakat di umur segitu adalah udah punya pekerjaan tetap dan menikah. Hal inilah yang membuat Keiko jadi gundah, karna kalo keluar dari pekerjaannya yg sekarang ia takut akan menjadi tidak "Normal" lagi.


Jadi:

Cerita ini cukup relate dgn gw karna utk bbrp hal gw jg punya pola pikir yg sama kyk Keiko, terutama terkait percintaan. Buku ini juga banyak bercerita tentang usaha Keiko utk bisa "Fit in to Society", jadi bagi kalian yg jg merasa kurang bisa bergaul mungkin buku ini akan cocok utk kalian.


Nilai:

9,5 / 10


Bagian Menarik:

Aku belum punya pengalaman seksual dan aku tak punya kesadaran soal seksualitasku. Aku hanya tak peduli dan tak pernah merisaukannya. Tapi, mereka membicarakan semua itu dengan asumsi aku menderita. Kalaupun yang mereka katakan benar, belum tentu penderitaan itu seperti yang mereka duga. Tapi, sepertinya mereka tak berusaha berpikir sejauh itu. Mereka seolah berkata padaku sikap itu dipilih karena lebih mudah buat mereka.

Bagiku, anak Miho dan keponakanku terlihat sama, jadi aku tak paham logika kenapa aku harus meluangkan waktu untuk lebih sering menengok keponakanku. Apakah bayi yang ini harus lebih berarti buatku? Bagiku bayi sama seperti kucing liar, sekalipun ada sedikit perbedaan, tetap saja mereka sama-sama binatang yang bernama "bayi".

"Sekarang aku menyadari, aku lebih dari sekadar manusia: aku adalah pegawai minimarket. Sekalipun sebagai manusia aku abnormal, aku tak bisa lari dari kenyataan itu sekalipun tidak bisa menghasilkan banyak uang dan harus mati kelaparan. Semua sel di tubuhku ada untuk minimarket."

Posting Komentar

0 Komentar