AS THE GODS WILL (Movie Review) *Spoiler Alert

 

Judul: As The Gods Will / Kamisama no Iu Toori

Genre: Death Game, Fantasi, Drama

Rilis: 15 November 2014

Sutradara: Takashi Miike

Negara: Jepang

Lama: 118 Menit

Pemeran: - Sota Fukushi = Shun Takahata

                - Ryunosuke Kamiki = Takeru Amaya

                - Hirona Yamazaki = Ichika Akimoto

                - Ichika Akimoto = Shoko Takase

                - Shota Sometani = Satake

 

Klise Abiezz. Kalau kalian mau nonton ini, gw sarankan untuk jangan dibawa serius filmnya, dibawa bercanda aja. Karena banyak adegan di film ini yang “Cringe” terutama untuk kalian yang enggak pernah nonton dorama. Kalau kalian udah terbiasa nonton film hollywood, ketika nonton film Jepang pasti awalnya akan terasa aneh atau bahkan “cringe”. Karena memang budaya dari perfilman barat dengan Jepang itu beda banget, jadi pasti kalian merasa aneh ketika pertama menonton film Jepang terutama yang rilis tahun 2015 kebelakang.

 

Mungkin karena filmnya sendiri yang diadaptasi dari manga, sehingga banyak adegan yang jika diaplikasikan ke dunia nyata akan terasa aneh. Beberapa contohnya seperti adegan slow mo detik-detik terakhir, adegan penyelamatan bola basket, atau adegan penyelesaian masalah dari tokoh utama. Adegan-adegan tersebut, jika kita baca di komik atau nonton di anime mungkin rasanya biasa aja, tapi kalau diterapkan oleh orang sungguhan pasti terasa janggal. Dan itu pr berat dari film-film Live Action kayak gini sih.

"Daruma-San"

Ceritanya sendiri itu tentang Shun Takahata yang merupakan orang biasa, berdoa kepada tuhan agar kehidupannya tidak membosankan lagi. Namun setelah doanya “dikabulkan”, ia menyesal. Karena ia dan murid lainnya harus bermain serangkain game yang dapat membunuh mereka dengan cara yang sadis. Setelah berhasil melewati game “Daruma”, Shun bertemu dengan Ichika Akimoto, teman masa kecilnya. Setelah itu mereka berdua melewati game-game selanjutnya seperti “Maneki Neko”, “Koheshi”, “Shirou Kuma”, dan terakhir “Matryoshka”. Ditengah perjalanan, mereka bertemu Takeru Amaya yang adalah seorang berandalan. Amaya adalah seorang “sadistic” karena ia justru menyukai jika ada orang lain yang mati. Mereka bertiga bersama murid sma lainnya harus bisa bekerja sama untuk dapat keluar dari “Kubus” tempat mereka bermain. 

 

Film ini pernah disandingkan mirip sama “Squid Game” karena sama-sama bergenre death game. Selain itu game pertama dari kedua film sendiri itu mirip banget dimana pada “ATGW” game pertamanya itu “Daruma” yang mana pemain harus menekan tombol sebelum waktu habis, dan pemain yang ketahuan bergerak akan dibunuh. Sementara game pertama “SG” itu “Red Light Green Light” yang kurang lebih sama. Namun pada faktanya film ini rilis lebih awal dari “Squid Game” yang mana baru rilis di tahun 2021 kemarin.

"The Last Five"

Nilai yang gw berikan kepada film ini yaitu, pertama untuk plotnya akan gw kasih 5/10. Karena 5 menit pertama film mulai, penonton langsung disuguhkan adegan bedarah dari permainan “Daruma”. Kemudian untuk penjelasan mengapa semua hal itu dapat terjadi tidak diberitahukan dan alasan mengapa hanya murid SMA yang ikut berpartisipasi dalam game juga tidak jelas. Selain itu banyak karakter yang memiliki potensi untuk menjadi karakter yang menarik, namun tidak lama kemudian mati begitu saja. Banyak juga karakter-karakter penting, bahkan tokoh utama pun yang tidak memiliki motif yang jelas mengapa ia berperilaku demikian. Selanjutnya untuk akting akan gw beri nilai 5/10 juga. Karena ekspresi yang dibuat kebanyakan enggak masuk jika diterapkan di dunia nyata. Gw paham bahwa para aktor pasti disuruh untuk mengikuti ekspresi sesuai manga, tapi enggak semua ekspresi bisa secara gamblang ditiru dari gambar/animasi. 

Untuk dialog sendiri akan gw kasih 7/10. Walau ada beberapa kalimat “klise” dari para tokoh, tapi paling enggak masih lebih baik dari film “Forget Me Not”. Editing, untuk 2 film yang gw review sebelumnya itu gk perlu banyak editing karena memang filmnya enggak banyak unsur fantasinya. Tapi di film ini, hampir semuanya fantasi, jadi perlu ada nilai untuk editing. Editing akan gw kasih nilai 6/10. Karena memang sampai sekarang pun kualitas CGI Jepang masih jauh dibawah film-film barat. Tapi untuk film seperti “ATGW” yang perlu banyak CGI, kualitas editingnya kurang memuaskan walau udah lumayan bagus mengingat ini film 2014. Terakhir untuk Music&Sound akan gw kasih nilai 8/10. Cukup bagus untuk menambah efek dramatis dari adegan. Maka nilai dari film ini secara keseluruhan akan gw kasih 6.5/10.


Tempat Nonton: - Bilibili / B Station (App)

                           - Doramaku (Web)

 

Material  Source: asianwiki




Posting Komentar

0 Komentar